Sabtu, 15 Oktober 2016

Pengendalian Hama Ulat Kantung (Pagodiela sp) Perusak Daun Jambu Mete



 

Adanya hama dan penyakit tanaman sangat menggangu pertumbuhan tanaman dengan dampak yang berbeda-beda tergantung jenisnya itu sendiri. Hama Ulat Kantung salah satu hama yang merusak daun dan mengakibatkan tanaman menjadi gundul. Ulat jenis ini dapat dijumpai didaerah Jawa Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan beberapa daerah lainnya. Ulat jenis ini juga dapat dijumpai pada tanaman-tanaman lain yang berjenis perdu dan jambu-jambu seperti jambu biji.
 
Cara berkembang ulat ini adalalah melalui kantung-kantung. Ulat kantung berkembang sangat cepat sekali sehingga tanaman yang terserang akan menjadi gundul. Ulat Kantong memiliki larva seperti pagoda atau piramida. Ulat ini menyerang tanaman dengan memakan mulai dari bawah daun sehingga timbul lubang-lubang pada daun. Selanjutnya akibat yang ditimbulkan adalah daun tanaman menjadi menguning lalu kering. Dampak dari keringnya daun menyebabkan gugurnya daun dan tanaman menjadi gundul. Besar lubang pada daun tanaman sama seperti besarnya ulat kantong yang menyerang tanaman tersebut.


Ulat kantong berkembang membesar sesuai dengan instar. Ulat akan berkembang hingga mencapai 2.5 cm sebelum menjadi pupa. Ulat kantong dewasa yang menjadi pupa terdapat pada tanaman inang hingga keluar ngengat. Masa kepompong ulat ini berkisar 7-10 hari. Ngengat jantan keluar dari kepompong bagian bawah kantong dan meninggalkan kepompong yang kosong. Ngengat Jantan dewasa memiliki rentang sayap pendek 10-20 mm, tubuh hitam dan antena berbulu. Imago jantan terbang mencari betina untuk kawin. Betina tidak berkembang menjadi ngengat tetapi tetap dalam kantong dan menyerupai belatung tanpa mata, tungkai, mulut, dan antena. Ulat kantong berkembang dalam populasi yang tinggi dalam setiap tahunnya (Plant Health Brief a publication of the agrifood, 2013 dalam Wahyono, et al, 2015)

Pengendalian Hama Ulat Kantung

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara kimiawi. Wahid (2010) dan Suntari, et al (2000) menyatakan bahwa penggunaan bahan aktif Fipronil, Fosfamidon, dan Dimetoat dapat mengendalikan ulat kantong hingga mencapai 100%. Saat ini, penggunaan bahan insektisida harus diminimalisir sehingga dampak yang ditimbulkan dapat dicegah. Mengalihkan pestisida berbahan baku kimiawi dengan menggunakan jamur pathogen diharapkan mampu memberikan solusi pemecahan sekaligus tidak memiliki dampak yang luas dalam pemakaiannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan keamanan bagi lingkungan disekitar.


Jamur yang digunakan adalah Beauveria Bassiana Vuillemin adalah salah satu jenis jamur entomopatogenik yang banyak digunakan secara luas. Jamur jenis ini memiliki potensi dikembangkan secara luas. Jamur ini sangat baik bila menjadi agen pengendali tanaman hayati untuk mengendalikan hama Ulat Kantong. Perbanyakan jamur jenis ini dengan menggunakan medium bahan baku Jagung giling. Wahyono et al (2015) menyatakan bahwa pengendalian Hama Ulat Kantung menggunakan biakan cendawan yang sudah diinokulasi pada medium Jagung hingga berumur 14 hari.

Jamur Beaveriau Bassiana dalam kantung yang tahan panas dikeluarkan kemudian diremas-remas untuk melepaskan spora-spora yang melekat pada media Jagung, lalu disaring dengan menggunakan kain kassa. Dapat pula dilakukan dengan menggunakan blender. Penggunaan ini bertujuan agar konidia-konidia tidak bercampur dengan butiran Jagung yang pecah. Formulasi ini kemudian dicampur dengan 0,2 ml/l Tween 80. Selanjutnya aduk hingga merata. Formulasi yang telah diaduk kemudian disemprot kepada daun tanaman dan seluruh bagian tanaman dengan power sprayer. Wahyono et al (2014) menyatakan kombinasi jamur Baveria Bassiana dapat menekan populasi hama Ulat Kantung (Pagodiela sp) sebesar 51,34%.

Selain itu dapat menggunakan daun Mimba. Wahyono et al (2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan daun mimba dapat menekan populasi hama Ulat Kantong (Pagodiella sp) sebesar 86,40%. Kombinasi daun Mimba dengan daun Sirsak juga efektif menekan serangan Ulat Kantong.

Hama yang menyerang daun tanaman Jambu Mete yang dikenal Ulat Kantong (Pagodiella sp) dapat dikendalikan dengan penggunaan biopestisida. Jenis jamur yang digunakan merupakan patogen serangga Baveauria Bassiana.

Daftar Pustaka

Wahid, A., 2010. Efikasi Bioinsektisida dan Kombinasi Terhadap Hama Ulat Kantong Pagodelia sp Pada Bibit Manggrove (Rhizophora sp) di Persemaian. Jurnal Agroland 17 (2): 162-168 Agustus 2010. ISSN:0854-641x.Http://download.portalgaruda.org/article.php?article=1091&val=752&tittle. Diakses 23 September 2014.

Wahyono, T.E., Cucu Sukmana, Ahyar, dan A. Suhenda. 2014. Pemanfaatan Pestisida Nabati dan Jamur Patogen Serangga Untuk Mengendalikan Pagodelia sp. (belum publikasi).

Wahyono, T. E., Wiratno. 2015. Hama Perusak Daun Jambu Mete, Pagodelia sp dan Pengendaliannya di KP Cikampek Jawa Barat. Warta Balitro Vol 32 No 63, Juni 2015. Hal12-20.

 

Penulis :
FADILLA PRAMESTI REGITA CAHYANI
15/378271/PN/14077
B3/KELOMPOK 2

Diakses tanggal 15 oktober 2016
 

1 komentar:

  1. Elsi Kris Dayanti Br Sembiring
    15/379664/PN/14118
    B3/1

    Faktor-faktor yang menentukan nilai-nilai berita:
    1. Sumber: ada, cybex pertanian
    2. Sasaran: tidak ada
    3. Manfaat: ada, mengembangkan biopestisida alami menggunakan jamur pathogen yang ramah lingkungan dalam mengendalikan hama.
    4. Nilai pendidikan: ada, mengalihkan pestisida berbahan baku kimiawi dengan menggunakan jamur pathogen diharapkan mampu memberikan solusi pemecahan sekaligus tidak memiliki dampak yang luas dalam pemakaiannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan keamanan bagi lingkungan disekitar.
    Nilai-nilai yang terdapat pada berita tersebut:
    1. Timeline, karena berita tersebut dibuat pada tanggal 15 oktober 2016
    2. Importance, karena memberikan solusi untuk mengendalikan hama ulat kantung pada tanaman jambu, yaitu dengan cara menggunakan biopestisida alami.
    3. Proximity, karena bersifat dekat dan berkaitan langsung dengan petani.
    4. Human interest, karena berita tersebut mampu membentuk pola pikir manusia yang baru dan dapat menumbuhkan rasa penasaran dan pemikiran manusia untuk lebih memahami.

    BalasHapus