Adanya hama dan penyakit tanaman
sangat menggangu pertumbuhan tanaman dengan dampak yang berbeda-beda tergantung
jenisnya itu sendiri. Hama Ulat Kantung salah satu hama yang merusak daun dan
mengakibatkan tanaman menjadi gundul. Ulat jenis ini dapat dijumpai didaerah
Jawa Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan beberapa daerah lainnya. Ulat jenis ini juga dapat dijumpai pada tanaman-tanaman lain yang berjenis
perdu dan jambu-jambu seperti jambu biji.
Cara
berkembang ulat ini adalalah melalui kantung-kantung. Ulat kantung berkembang
sangat cepat sekali sehingga tanaman yang terserang akan menjadi gundul. Ulat Kantong memiliki larva seperti pagoda atau piramida. Ulat ini menyerang
tanaman dengan memakan mulai dari bawah daun sehingga timbul lubang-lubang pada
daun. Selanjutnya akibat yang ditimbulkan adalah daun tanaman menjadi menguning
lalu kering. Dampak dari keringnya daun menyebabkan gugurnya daun dan tanaman
menjadi gundul. Besar lubang pada daun tanaman sama seperti besarnya ulat
kantong yang menyerang tanaman tersebut.
Ulat kantong berkembang membesar sesuai
dengan instar. Ulat akan berkembang hingga mencapai 2.5 cm sebelum menjadi
pupa. Ulat kantong dewasa yang menjadi pupa terdapat pada tanaman inang hingga
keluar ngengat. Masa kepompong ulat ini berkisar 7-10 hari. Ngengat jantan
keluar dari kepompong bagian bawah kantong dan meninggalkan kepompong yang
kosong. Ngengat Jantan dewasa memiliki rentang sayap pendek 10-20 mm, tubuh
hitam dan antena berbulu. Imago jantan terbang mencari betina untuk kawin.
Betina tidak berkembang menjadi ngengat tetapi tetap dalam kantong dan
menyerupai belatung tanpa mata, tungkai, mulut, dan antena. Ulat kantong
berkembang dalam populasi yang tinggi dalam setiap tahunnya (Plant Health Brief
a publication of the agrifood, 2013 dalam Wahyono, et al, 2015)
Pengendalian Hama Ulat Kantung
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara kimiawi. Wahid (2010) dan Suntari, et al (2000) menyatakan bahwa penggunaan bahan aktif Fipronil, Fosfamidon, dan Dimetoat dapat mengendalikan ulat kantong hingga mencapai 100%. Saat ini, penggunaan bahan insektisida harus diminimalisir sehingga dampak yang ditimbulkan dapat dicegah. Mengalihkan pestisida berbahan baku kimiawi dengan menggunakan jamur pathogen diharapkan mampu memberikan solusi pemecahan sekaligus tidak memiliki dampak yang luas dalam pemakaiannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan keamanan bagi lingkungan disekitar.
Jamur yang digunakan adalah
Beauveria Bassiana Vuillemin adalah salah satu jenis jamur entomopatogenik yang
banyak digunakan secara luas. Jamur jenis ini memiliki potensi dikembangkan
secara luas. Jamur ini sangat baik bila menjadi agen pengendali tanaman hayati
untuk mengendalikan hama Ulat Kantong. Perbanyakan jamur jenis ini dengan
menggunakan medium bahan baku Jagung giling. Wahyono et al (2015) menyatakan
bahwa pengendalian Hama Ulat Kantung menggunakan biakan cendawan yang sudah
diinokulasi pada medium Jagung hingga berumur 14 hari.
Jamur Beaveriau Bassiana dalam kantung yang tahan panas dikeluarkan kemudian diremas-remas untuk melepaskan spora-spora yang melekat pada media Jagung, lalu disaring dengan menggunakan kain kassa. Dapat pula dilakukan dengan menggunakan blender. Penggunaan ini bertujuan agar konidia-konidia tidak bercampur dengan butiran Jagung yang pecah. Formulasi ini kemudian dicampur dengan 0,2 ml/l Tween 80. Selanjutnya aduk hingga merata. Formulasi yang telah diaduk kemudian disemprot kepada daun tanaman dan seluruh bagian tanaman dengan power sprayer. Wahyono et al (2014) menyatakan kombinasi jamur Baveria Bassiana dapat menekan populasi hama Ulat Kantung (Pagodiela sp) sebesar 51,34%.
Selain itu dapat menggunakan daun Mimba. Wahyono et al (2014) menyatakan bahwa dengan menggunakan daun mimba dapat menekan populasi hama Ulat Kantong (Pagodiella sp) sebesar 86,40%. Kombinasi daun Mimba dengan daun Sirsak juga efektif menekan serangan Ulat Kantong.
Hama yang menyerang daun tanaman Jambu Mete yang dikenal Ulat Kantong (Pagodiella sp) dapat dikendalikan dengan penggunaan biopestisida. Jenis jamur yang digunakan merupakan patogen serangga Baveauria Bassiana.
Daftar Pustaka
Wahid, A., 2010. Efikasi
Bioinsektisida dan Kombinasi Terhadap Hama Ulat Kantong Pagodelia sp Pada Bibit
Manggrove (Rhizophora sp) di Persemaian. Jurnal Agroland 17 (2): 162-168
Agustus 2010. ISSN:0854-641x.Http://download.portalgaruda.org/article.php?article=1091&val=752&tittle.
Diakses 23 September 2014.
Wahyono, T.E., Cucu Sukmana, Ahyar,
dan A. Suhenda. 2014. Pemanfaatan Pestisida Nabati dan Jamur Patogen Serangga
Untuk Mengendalikan Pagodelia sp. (belum publikasi).
Wahyono, T. E., Wiratno. 2015. Hama
Perusak Daun Jambu Mete, Pagodelia sp dan Pengendaliannya di KP Cikampek Jawa
Barat. Warta Balitro Vol 32 No 63, Juni 2015. Hal12-20.
Penulis :
FADILLA PRAMESTI REGITA CAHYANI
15/378271/PN/14077
B3/KELOMPOK 2
Diakses tanggal 15 oktober 2016
Elsi Kris Dayanti Br Sembiring
BalasHapus15/379664/PN/14118
B3/1
Faktor-faktor yang menentukan nilai-nilai berita:
1. Sumber: ada, cybex pertanian
2. Sasaran: tidak ada
3. Manfaat: ada, mengembangkan biopestisida alami menggunakan jamur pathogen yang ramah lingkungan dalam mengendalikan hama.
4. Nilai pendidikan: ada, mengalihkan pestisida berbahan baku kimiawi dengan menggunakan jamur pathogen diharapkan mampu memberikan solusi pemecahan sekaligus tidak memiliki dampak yang luas dalam pemakaiannya. Hal ini diharapkan dapat memberikan keamanan bagi lingkungan disekitar.
Nilai-nilai yang terdapat pada berita tersebut:
1. Timeline, karena berita tersebut dibuat pada tanggal 15 oktober 2016
2. Importance, karena memberikan solusi untuk mengendalikan hama ulat kantung pada tanaman jambu, yaitu dengan cara menggunakan biopestisida alami.
3. Proximity, karena bersifat dekat dan berkaitan langsung dengan petani.
4. Human interest, karena berita tersebut mampu membentuk pola pikir manusia yang baru dan dapat menumbuhkan rasa penasaran dan pemikiran manusia untuk lebih memahami.